Senin, 13 Mei 2013

10 ORANG YANG DIJAMIN ALLAH SWT MASUK SURGA



10 ORANG YANG DIJAMIN ALLAH SWT MASUK SURGA

Sudah pasti anda, saya ataupun kita bukan termasuk dari 10 orang yang dijamin masuk ke dalam surga. Akan tetapi, semoga kita akan menjadi yang ke-11. Caranya hanya 1, yakni meneladani 10 orang ini. Insyaallah kita menjadi yang berikutnya. Contoh teladan masa lalu yang takkan lekang hingga akhir zaman. 10 orang inilah yang telah dimuliakan oleh Allah SWT karena kekuatan akidah, islam dan iman yang kuat. Dibarengi juga dengan sikap istiqamah, tawadhu' dan ikhtiar yang senantiasa mereka tunjukkan selama hidup di dunia hingga mereka mendapatkan cinta yang mulia dari Allah SWT. Berikut nama 10 orang yang dimaksud dan contoh teladan yang patut diteladani.

  1. Abu Bakar Bin Abi Qahafah (Ash Shiddiq)
Seorang Quraisy dari qabilah yang sama dengan Rasulullah Muhammad SAW walau beda keluarga. Abu Bakar RA berasal dari keluarga Tamimi sedangkan Rasulullah Muhammad SAW berasal dari keluarga Hasyimi. Abu Bakar RA adalah seorang pedagang yang kaya harta, pengaruhnya besar dan memiliki akhlak yang mulia. Abu Bakar merupakan kawan akrab Rasulullah Muhammad SAW. Oleh karena itu, sifat dan tabiatnya mirip dengan Rasulullah Muhammad SAW. Abu Bakar RA adalah orang yang jujur, rendah hati, lemah lembut, tidak pernah berlaku angkuh dan selalu berbuat kebajikan mendahului siapapun dalam berbuat amal kebajikan di masa itu. Contoh kekuatan keyakinan yang ada pada dirinya dan dipuji oleh Rasulullah Muhammad SAW ialah saat Rasulullah Muhammad SAW melakukan Isra' wal Mi'raj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Saat itu seluruh kaum kafir Quraisy tidak ada satupun yang mempercayai cerita Rasulullah Muhammad SAW. Namun, Abu Bakar RA menjadi orang yang yakin dan percaya bahwa apa yang terjadi pada diri Rasulullah Muhammad SAW yang melakukan perjalanan hanya 1 malam saja langsung dibenarkan dan tanpa ragu dengan keyakinan penuh Abu Bakar RA membenarkan hal itu. Sebab itulah Abu Bakar RA digelari Ash Shiddiq yang artinya yang membenarkan. Abu Bakar RA wafat pada hari Senin tanggal 22 Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah dalam usia 63 tahun. Abu Bakar RA memangku jabatan Khalifah selama 2 tahun 3 bulan 10 hari. Anaknya berjumlah 5 orang, 3 laki-laki dan 2 perempuan.

  1. Umar Ibnu Khattab (Al Faruq)
Seorang sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang merupakan satu qabilah dan bertemu saudara sedarah dengan Rasulullah SAW pada kakek mereka, Ka'ab Bin Luai. Awal mula masuk islam juga sangat mengejutkan yakni pada saat Umar Ibnu Khattab mengetahui bahwa suami adiknya Said Bin Zaid serta Istrinya yang sekaligus Adik dari Umar Ibnu Khattab, Fathimah Binti Khattab telah masuk islam. Sontak ia pun membawa sebilah pedang dan langsung berbalik arah yang sekiranya ingin membunuh Rasulullah Muhammad SAW. Tanpa basa-basi Umar pun akan memukul Said yang saat itu kedatangan Khabbab Ibnu Aratt yang sedang melantunkan lembaran-lembaran ayat suci Alquran, Tetapi adiknya Fathimah ingin menghalanginya. Maka, wajah Fathimah pun berdarah akibat pukulan kakaknya sendiri dan mengucurlah darah yang sontak membuat Umar menyesal. Setelah itu, Umar bertanya pada mereka,"Berikan padaku lembaran syair yang telah aku dengar tadi agar aku dapat mempertimbangkan apa yang telah diajarkan Muhammad kepadamu." Umar pun terpesona dengan keindahan kata-kata dari lembaran syair Alquran tersebut dan langsung menuju kediaman Muhammad yang saat itu sedang berkumpul para sahabat. Tanpa menunggu waktu Umar pun mengucapkan Bai'at masuk islam dihadapan Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabat. Umar RA adalah seorang yang keras, kokoh, teguh pendirian, kuat imannya, lurus, adil, bijaksana dan selalu mencontoh kepribadian Rasulullah Muhammad SAW di segala bidang kehidupan tanpa terkecuali. Umar Ibnu Khattab wafat ditikam oleh seorang Majusi bernama Abu Lu'luah yang berasal dari Persia (tapi bertempat tinggal di wilayah Romawi) ketika akan shalat Subuh pada hari Rabu tanggal 26 Zulhijjah tahun 23 Hijriah dalam usia 63 tahun. Umar RA memangku jabatan Khalifah selama 10 tahun 6 bulan 5 hari. Anaknya berjumlah 13 orang, 9 laki-laki dan 4 perempuan.

  1. Utsman Ibnu 'Affan (Dzunnurrain)
Sahabat Rasulullah Muhammad SAW ini memiliki sifat yang pemalu, lapang dada, murah hati, dermawan, wara’, berbuat kebajikan dan welas asih. Sikap Utsman Ibnu ‘Affan yang pemalu inilah yang membuat malaikat juga malu kepadanya. Suatu ketika Rasulullah Muhammad berada di kediamannya dikunjungi oleh para sahabat. Saat itu Rasulullah berbaring dan tersingkap betisnya, namun beliau tetap berbaring dan tidak merapikan duduknya ketika Abu Bakar RA masuk. Kemudian hal itu juga terjadi tatkala Umar RA masuk. Tetapi, ketika Utsman RA ingin masuk, Rasulullah Muhammad SAW buru-buru merapikan duduknya dan menutup kembali betisnya yang tersingkap saat berbaring tadi. Sontak Siti ‘Aisyah RA istri beliau bertanya, “Mengapa Ya Rasulullah, engkau merapikan dudukmu dan menutup betismu ketika Utsman RA akan masuk, namun ketika Abu Bakar RA dan Umar RA masuk engkau tidak berbuat seperti itu?”. Rasulullah Muhammad SAW pun menjawab, “Ya ‘Aisyah, Utsman RA adalah orang yang pemalu, jika diriku tidak masih berbaring dan tidak merapikan dudukku, niscaya dirinya tidak akan mau masuk karena malu dan akan langsung cepat-cepat pulang tanpa menyelesaikan hajatnya. Bukankah aku patut malu kepada orang yang dimalui (disegani) para malaikat?”. Utsman RA wafat dibunuh para pembangkang dan pendurhaka pada hari Jum’at tanggal 17 Zulhijjah tahun 35 hijriah dalam usia 80 atau 82 tahun. Utsman RA memangku jabatan khalifah selama 11 tahun 11 bulan 14 hari. Anaknya berjumlah 16 orang, 9 laki-laki dan 7 perempuan.

  1. 'Ali Bin Abi Thalib (Al Imam)
Beliau merupakan khalifah terakhir dari bani hasyim yang sama dengan Rasulullah Muhammad SAW yang tak lain merupakan sepupu dari Rasulullah. Dikarenakan ‘Ali RA merupakan anak dari paman Rasulullah sendiri yaitu Abu Thalib yang memiliki hubungan darah dari pihak ayahnya. Sifat-sifat kemuliaan mengalir dalam dirinya yang berasal dari keluarganya yaitu kebangsawanan, kekuatan, keberanian, kecerdasan dan kepahlawanan. ‘Ali RA dilahirkan di Mekkah tepatnya di dalam Ka’bah dan Allah SWT memuliakan wajahnya untuk tidak menyembah berhala pada zaman itu. ‘Ali RA pun tumbuh menjadi remaja yang pemberani dan mendapat kasih sayang yang luar biasa dari baginda Rasulullah SAW dan istrinya Khadijah RA. Maka saat ‘Ali RA menjabat sebagai khalifah, ia dikenal sebagai orang yang tak mudah dikalahkan dan sikapnya yang bijaksana itulah yang memberikan cahaya hidayah kepada seorang nasrani karena kemuliaan hatinya. Namun, sama seperti saat Utsman RA menampuk jabatan khalifah, ‘Ali juga banyak mendapat tantangan dari berbagai pihak yang tidak menyukainya. Pada akhirnya ia mendapat pemberontakan dan pembangkangan dari penduduk Iraq dan Syam yang menyebarkan isu yang mengatakan bahwa berdasarkan keputusan dua orang penengah telah ditetapkan bahwa yang menjadi khalifah seharusnya Muawiyah bukan ‘Ali RA. Akhirnya terjadilah siasat buruk dari kalangan khawarij yang ingin membunuh ‘Ali RA. Maka terbunuhlah ‘Ali RA ditangan seorang khawarij bernama ‘Abdurrahman bin Amru yang dikenal dengan nama Ibnu Maljam di Kufah, Iraq. ‘Ali RA meninggal setelah ditikam di kepalanya dengan pedang oleh Ibnu Maljam ketika ‘Ali RA tengah menuju Mesjid untuk shalat subuh. ‘Ali RA wafat pada hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan tahun 40 hijriah. ‘Ali RA memangku jabatan khalifah selama 4 tahun 8 bulan. Beliau memiliki anak berjumlah 33 orang, 15 laki-laki dan 18 perempuan.

  1. Thalhah Bin Ubaidillah
Hidup Beliau hanya memiliki 1 tujuan yakni bermurah dalam pengorbanan jiwa. Thalhah adalah pribadi yang menepati janji dan selalu jujur dan tak pernah berkhianat. Thalhah merupakan contoh teladan dari sahabat Rasulullah yang berani mengorbankan jiwa dan raganya. Seperti saat beliau terkena lebih dari 70 tikaman atau panah dan jari tangannya putus ketika perang uhud. Perang uhud merupakan perang balasan yang dilakukan kaum kafir Quraisy yang sebelumnya kalah pada perang badar. Thalhah juga termasuk orang yang dermawan. Beliau membagi-bagikan seluruh uangnya kepada fakir miskin dan tidak itu saja beliau juga menyumbangkan seluruh sandang pangannya kepada kaum muslimin yang saat itu berperang. Thalhah wafat pada usia 60 tahun di dekat padang rumput di Basra saat pertempuran “Aljamal”.

  1. Azzubair Ibnu Awwam
Azzubair Ibnu Awwam dan Thalhah Bin Ubaidillah adalah dua serangkai. Mereka masuk islam dan wafat pada tahun yang sama. Azzubair RA adalah anak bibi Rasulullah SAW sekaligus suami dari Asma putri dari Abu Bakar RA yang pernah mengantarkan makanan ke gua Tsur untuk Rasulullah SAW dan Abu Bakar RA. Azzubair RA masuk islam pada usia 15 tahun sesudah mengalami penganiayaan dan penyiksaan oleh pamannya sendiri. Saat itu ia digulung kedalam tikar, kakinya digantung diatas sedangkan kepalanya dibawah dan telah disiapkan api yang membara. Azzubair RA merupakan pejuang islam yang kuat. Ini dibuktikan kala beliau bertarung dengan Ubaidah Bin Said Ibnul Aash yang merupakan pimpinan tentara kafir Quraisy. Azzubair RA menancapkan lembing ke arah dua mata Ubaidah dan akhirnya jatuh tersungkur. Peristiwa itu terjadi saat peperangan Badar. Azzubair RA merupakan orang yang setia, ikhlas, jujur, kuat, berani, murah tangan, dermawan, berkarakter tinggi, berakhlak mulia dan menjual diri dan hartanya kepada Allah SWT. Bahkan hingga wafat beliau menanggung hutang yang begitu banyak karena semua hartanya diinfakkan untuk dakwah islam. Azzubair wafat ketika beliau sedang shalat oleh beberapa orang yang membuntutinya yang menginginkan fitnah dan perang antara pasukan yang dipimpin Siti ‘Aisyah RA dengan pasukan yang dipimpin ‘Ali Bin Abi Thalib RA berlanjut.

  1. Abdurrahman Bin 'Auf
Abdurrahman RA merupakan pedagang yang ahli di bidang perekonomian dan keuangan. Beliau orang yang dermawan dan selalu memberikan hartanya kepada dakwah islam dan untuk memajukan islam. Beliau adalah orang yang sukses dalam berdagang. Beliau mampu dalam mengikuti petunjuk-petunjuk yang di arahkan oleh Rasulullah SAW dan menghiasi dirinya dengan adab sopan islami sehingga Allah SWT memberkahinya dengan membimbing langkah-langkahnya. Abdurrahman RA merupakan pribadi yang berhasil merintis jalan ke arah hidup mulia dan dan terhormat. Tangan yang berada di atas lebih baik dari pada tangan yang berada di bawah. Ketika beliau mendekati ajalnya Abdurrahman RA pun berwasiat untuk memberikan seluruh hartanya kepada setiap kaum muslimin yang ikut dalam perang badar yang masih hidup dan ummahatul mukminin (janda-janda Rasulullah SAW). Abdurrahman RA wafat pada usia 75 tahun. Beliau disholati oleh Utsman RA, diusung oleh Sa’ad Bin Abi Waqqash RA dan dimakamkan di pemakaman Albaqii.  

  1. Sa'ad Bin Abi Waqqash
Sa’ad Bin Abi Waqqash berasal dari Qabilah Zuhroh, sama dengan Ibunda Rasulullah SAW, dan Sa’ad RA adalah anak paman Aminah Ibunda Rasulullah SAW. Sa’ad RA adalah orang yang berbudi luhur, berakhlak mulia dan teguh imannya. Keteguhan iman Sa’ad RA pernah diuji dengan marahnya sang ibu ketika ibunya tahu bahwa Sa’ad RA masuk islam dan meninggalkan agama lamanya yang elah dianut oleh kaum Quraisy saat itu. Ibunya pun marah dan berang melihat anaknya tersebut dan mengutuk Sa’ad RA dan berpuasa (mogok makan dan minum) serta bersumpah tidak mau lagi berbicara dengan Sa’ad. Kemudian oleh keluarganya Sa’ad diminta untuk menjenguk ibunya dengan harapan akan kembali ke agama lamanya dan meninggalkan islam setelah melihat keadaan ibunya. Tetapi, Sa’ad malah berkata tidak akan meninggalkan islam walaupun ibunya memiliki seratus nyawa dan satu demi satu menghilang. Akhirnya ibunya membatalkan puasanya setelah melihat keteguhan hati anaknya. Kegemilangan Sa’ad RA adalah saat beliau menjadi ahli strategi dalam perang Al Qadisiyyah melawan tentara Persia. Beliau memimpin 30.000 lebih tentara. Namun, karena beliau saat menjelang perang sakit karena menderita kejang-kejang otot kaki dan bisul-bisul maka beliau digantikan atas perintahnya sendiri, Khalid Bin Arfathah untuk memimpin perang. Segala perintah yang dilakukan Khalid adalah berdasarkan perintah Sa’ad RA. Peperangan pun dimenangkan kaum muslimin berkat taktik dan strategi Sa’ad RA dan saat terjadinya perang mereka pun mengucapkan “Laa Haula Walaa Quwwata Illaa Billaah”. Sa’ad RA pernah menjabat sebagai gubernur Al kufah di Iraq selama 2 kali. Tetapi, beliau didera fitnah yang bertubi-tubi. Akhirnya karena beliau berdoa kepada Allah SWT untuk dijauhkan dari fitnah maka orang yang menyebarkan fitnah itupun menjadi buta, menderita dan tersiksa. Beliau wafat dengan dikafankan kain wol yang pernah beliau kenakan saat perang badar melawan kaum musyrikin.

  1. Said Bin Zaid
Nama lengkapnya Sa’id Bin Zaid Bin ‘Amru Bin Nufail Bin ‘Abdulluzza Bin Al’adwa. Sa’id RA merupakan ipar dari khalifah Umar Ibnu Khattab RA. Ibunya Fathimah Binti Ba’jah Bin Malik Alkhuzaiyyah. Fathimah termasuk orang yang lebih dahulu masuk islam dan anaknya Sa’id RA pun termasuk gelombang pertama yang masuk islam sebelum Rasulullah SAW memasuki Daarul Arqam. Ayah beliau Zaid Bin ‘Amru Bin Nufail adalah termasuk dari 3 orang yang diberikan hidayah oleh Allah SWT tanpa melalui kitab dan nabi mereka. Selain ayah beliau ada 2 orang lagi yaitu, Abu Dzar Alghiffari dan Salman Alfarisi. Sa’id RA adalah orang yang pemberani, tidak takut celaan orang yang suka mencela selama dia di jalan Allah SWT, murah tangan dan dermawan, kuat menehan diri dari penyimpangan hawa nafsu dan termasuk orang yang dikabulkan doanya. Beliau termasuk dari orang-orang yang terkabul doanya (Mujabul dakwah). Hal itu pernah terjadi saat peristiwa seorang wanita bernama Arwa Binti Aus yang menuduh Sa’id merampas tanahnya dan ia pun melaporkan hal itu kepada penguasa kota Madinah yaitu Marwan Ibnu Hakam. Sa’id RA pun membela diri dengan mengucapkan “Apakah patut aku menzaliminya sedang aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menzalimi orang sejengkal tanah maka Allah SWT akan melilitnya pada hari kiamat dengan tujuh lingkaran bumi.”
Lalu, Sa’id RA pun berdoa kepada Allah dengan mengucapkan:”Ya Allah, Apabila dia menciptakan kebohongan jangan engkau mematikannya kecuali sesudah dia buta dan engkau menjadikan sumurnya sebagai kuburannya.”
Setelah itu, Allah SWT benar-benar mengabulkan doa Sa’id RA. Wanita yang memang dikenal suka menzalimi orang itu pun menjadi buta dan ia mati di dalam sumurnya. 

  1. Abu Ubaidah Ibnu Jarrah
Abu Ubaidah Ibnu Jarrah adalah seorang yang setia, amanah, penyayang dan sangat mencintai Rasulullah SAW. Abu Ubaidah RA pernah dihadapkan pada ujian yang sangat berat yakni bertempur melawan ayahnya sendiri ketika perang badar yang pada saat itu ayahnya berada di pihak kaum kafir Quraisy. Ayahnya saat itu terus memburu dan mengejar anaknya tersebut Abu Ubaidah RA. Namun, Abu Ubaidah RA mampu menghindar dan mengelak dari serangan sang ayah. Tetapi, Beliau tidak punya pilihan lain selain berhadapan langsung dang langsung menghadapi sang ayah karena ayahnya terus mengubernya tanpa henti. Saat terdesak itulah Abu Ubaidah melawan dan mendesak ayahnya hingga terbunuh hingga Abu Ubaidah RA merasa terbebani dan berat hati dengan kejadian tersebut. Walau demikian, beliau tetap tegar menghadapinya demi menegakkan amanat Allah SWT. Kecintaan beliau kepada Rasulullah SAW juga sangat luar biasa. Ini dibuktikan saat perang uhud ketika Rasulullah SAW memakai tutup kepala dari besi terkena panah pada bagian rahang atas wajah Rasulullah SAW. Wajah Rasulullah SAW pun terus mengucurkan darah. Saat itu berlarilah Abu Ubaidah RA bagaikan kilat yang menyambar dari arah timur. Seketika itu juga Abu Ubaidah RA meminta izin kepada Abu Bakar RA untuk mencabut lempengan besi yang tertancap bersama panah tadi dari wajah Rasulullah SAW. Setelah mendapat izin, Abu Ubaidah langsung menggunakan kedua gigi depannya untuk mencabut besi tajam yang menancap kedalam dua sisi rahang Rasulullah SAW. Setelah mencabut besi itu, Abu Ubaidah RA terjatuh dan kedua gigi atas dan gigi bawahnya tanggal. Kemudian ia menggigit besi yang kedua dengan kedua gigi atas dan bawahnya yang masih tersisa, dan ternyata giginyapun tanggal pula. Abu Bakar RA dan Rasulullah SAW terharu atas kesetiaan dan pengorbanan yang dilakukan oleh Abu Ubaidah RA. Setelah itu, Abu Ubaidah mendapat gelar “Si Ompong” karena kedua gigi atas dan bawahnya telah hilang. Abu Ubaidah wafat ketika khalifah Umar RA sedang disibukkan dengan persoalan-persoalan pemerintahan. Khalifah Umar RA terkejut dan menundukkan kepalanya hingga air matanya menetes dan kemudian berdoa untuk Abu Ubaidah RA. Beliau wafat di Negeri Urdun di wilayah Syam dan jenazahnya dikuburkan di tempat yang pernah dibebaskannya dari cengkeraman kerajaan penyembah api dan berhala, yaitu Persia dan Romawi.

Sumber:
10 Orang Dijamin Ke Surga (cetakan kedua puluh), Abdullatif Ahmad ‘Aasyur, 1991, Gema Insani Press, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar