10
ORANG YANG DIJAMIN ALLAH SWT MASUK SURGA
Sudah pasti
anda, saya ataupun kita bukan termasuk dari 10 orang yang dijamin masuk ke
dalam surga. Akan tetapi, semoga kita akan menjadi yang ke-11. Caranya hanya 1,
yakni meneladani 10 orang ini. Insyaallah kita menjadi yang berikutnya. Contoh
teladan masa lalu yang takkan lekang hingga akhir zaman. 10 orang inilah yang
telah dimuliakan oleh Allah SWT karena kekuatan akidah, islam dan iman yang
kuat. Dibarengi juga dengan sikap istiqamah, tawadhu' dan ikhtiar yang
senantiasa mereka tunjukkan selama hidup di dunia hingga mereka mendapatkan
cinta yang mulia dari Allah SWT. Berikut nama 10 orang yang dimaksud dan contoh
teladan yang patut diteladani.
- Abu Bakar Bin Abi Qahafah (Ash Shiddiq)
Seorang Quraisy dari qabilah yang sama dengan
Rasulullah Muhammad SAW walau beda keluarga. Abu Bakar RA berasal dari keluarga
Tamimi sedangkan Rasulullah Muhammad SAW berasal dari keluarga Hasyimi. Abu
Bakar RA adalah seorang pedagang yang kaya harta, pengaruhnya besar dan memiliki
akhlak yang mulia. Abu Bakar merupakan kawan akrab Rasulullah Muhammad SAW.
Oleh karena itu, sifat dan tabiatnya mirip dengan Rasulullah Muhammad SAW. Abu
Bakar RA adalah orang yang jujur, rendah hati, lemah lembut, tidak pernah
berlaku angkuh dan selalu berbuat kebajikan mendahului siapapun dalam berbuat
amal kebajikan di masa itu. Contoh kekuatan keyakinan yang ada pada dirinya dan
dipuji oleh Rasulullah Muhammad SAW ialah saat Rasulullah Muhammad SAW
melakukan Isra' wal Mi'raj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Saat itu
seluruh kaum kafir Quraisy tidak ada satupun yang mempercayai cerita Rasulullah
Muhammad SAW. Namun, Abu Bakar RA menjadi orang yang yakin dan percaya bahwa
apa yang terjadi pada diri Rasulullah Muhammad SAW yang melakukan perjalanan
hanya 1 malam saja langsung dibenarkan dan tanpa ragu dengan keyakinan penuh
Abu Bakar RA membenarkan hal itu. Sebab itulah Abu Bakar RA digelari Ash
Shiddiq yang artinya yang membenarkan. Abu Bakar RA wafat pada hari Senin
tanggal 22 Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah dalam usia 63 tahun. Abu Bakar RA
memangku jabatan Khalifah selama 2 tahun 3 bulan 10 hari. Anaknya berjumlah 5
orang, 3 laki-laki dan 2 perempuan.
- Umar Ibnu Khattab (Al Faruq)
Seorang sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang merupakan
satu qabilah dan bertemu saudara sedarah dengan Rasulullah SAW pada kakek
mereka, Ka'ab Bin Luai. Awal mula masuk islam juga sangat mengejutkan yakni
pada saat Umar Ibnu Khattab mengetahui bahwa suami adiknya Said Bin Zaid serta
Istrinya yang sekaligus Adik dari Umar Ibnu Khattab, Fathimah Binti Khattab
telah masuk islam. Sontak ia pun membawa sebilah pedang dan langsung berbalik
arah yang sekiranya ingin membunuh Rasulullah Muhammad SAW. Tanpa basa-basi
Umar pun akan memukul Said yang saat itu kedatangan Khabbab Ibnu Aratt yang
sedang melantunkan lembaran-lembaran ayat suci Alquran, Tetapi adiknya Fathimah
ingin menghalanginya. Maka, wajah Fathimah pun berdarah akibat pukulan kakaknya
sendiri dan mengucurlah darah yang sontak membuat Umar menyesal. Setelah itu,
Umar bertanya pada mereka,"Berikan padaku lembaran syair yang telah aku
dengar tadi agar aku dapat mempertimbangkan apa yang telah diajarkan Muhammad
kepadamu." Umar pun terpesona dengan keindahan kata-kata dari lembaran
syair Alquran tersebut dan langsung menuju kediaman Muhammad yang saat itu
sedang berkumpul para sahabat. Tanpa menunggu waktu Umar pun mengucapkan Bai'at
masuk islam dihadapan Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabat. Umar RA adalah
seorang yang keras, kokoh, teguh pendirian, kuat imannya, lurus, adil,
bijaksana dan selalu mencontoh kepribadian Rasulullah Muhammad SAW di segala
bidang kehidupan tanpa terkecuali. Umar Ibnu Khattab wafat ditikam oleh seorang
Majusi bernama Abu Lu'luah yang berasal dari Persia (tapi bertempat tinggal di
wilayah Romawi) ketika akan shalat Subuh pada hari Rabu tanggal 26 Zulhijjah
tahun 23 Hijriah dalam usia 63 tahun. Umar RA memangku jabatan Khalifah selama
10 tahun 6 bulan 5 hari. Anaknya berjumlah 13 orang, 9 laki-laki dan 4
perempuan.
- Utsman Ibnu 'Affan (Dzunnurrain)
Sahabat Rasulullah Muhammad SAW ini
memiliki sifat yang pemalu, lapang dada, murah hati, dermawan, wara’, berbuat
kebajikan dan welas asih. Sikap Utsman Ibnu ‘Affan yang pemalu inilah yang
membuat malaikat juga malu kepadanya. Suatu ketika Rasulullah Muhammad berada
di kediamannya dikunjungi oleh para sahabat. Saat itu Rasulullah berbaring dan
tersingkap betisnya, namun beliau tetap berbaring dan tidak merapikan duduknya
ketika Abu Bakar RA masuk. Kemudian hal itu juga terjadi tatkala Umar RA masuk.
Tetapi, ketika Utsman RA ingin masuk, Rasulullah Muhammad SAW buru-buru
merapikan duduknya dan menutup kembali betisnya yang tersingkap saat berbaring
tadi. Sontak Siti ‘Aisyah RA istri beliau bertanya, “Mengapa Ya Rasulullah,
engkau merapikan dudukmu dan menutup betismu ketika Utsman RA akan masuk, namun
ketika Abu Bakar RA dan Umar RA masuk engkau tidak berbuat seperti itu?”.
Rasulullah Muhammad SAW pun menjawab, “Ya ‘Aisyah, Utsman RA adalah orang yang
pemalu, jika diriku tidak masih berbaring dan tidak merapikan dudukku, niscaya
dirinya tidak akan mau masuk karena malu dan akan langsung cepat-cepat pulang
tanpa menyelesaikan hajatnya. Bukankah aku patut malu kepada orang yang dimalui
(disegani) para malaikat?”. Utsman RA wafat dibunuh para pembangkang dan pendurhaka
pada hari Jum’at tanggal 17 Zulhijjah tahun 35 hijriah dalam usia 80 atau 82
tahun. Utsman RA memangku jabatan khalifah selama 11 tahun 11 bulan 14 hari.
Anaknya berjumlah 16 orang, 9 laki-laki dan 7 perempuan.
- 'Ali Bin Abi Thalib (Al Imam)
Beliau merupakan khalifah terakhir
dari bani hasyim yang sama dengan Rasulullah Muhammad SAW yang tak lain
merupakan sepupu dari Rasulullah. Dikarenakan ‘Ali RA merupakan anak dari paman
Rasulullah sendiri yaitu Abu Thalib yang memiliki hubungan darah dari pihak
ayahnya. Sifat-sifat kemuliaan mengalir dalam dirinya yang berasal dari
keluarganya yaitu kebangsawanan, kekuatan, keberanian, kecerdasan dan
kepahlawanan. ‘Ali RA dilahirkan di Mekkah tepatnya di dalam Ka’bah dan Allah
SWT memuliakan wajahnya untuk tidak menyembah berhala pada zaman itu. ‘Ali RA
pun tumbuh menjadi remaja yang pemberani dan mendapat kasih sayang yang luar
biasa dari baginda Rasulullah SAW dan istrinya Khadijah RA. Maka saat ‘Ali RA
menjabat sebagai khalifah, ia dikenal sebagai orang yang tak mudah dikalahkan
dan sikapnya yang bijaksana itulah yang memberikan cahaya hidayah kepada
seorang nasrani karena kemuliaan hatinya. Namun, sama seperti saat Utsman RA
menampuk jabatan khalifah, ‘Ali juga banyak mendapat tantangan dari berbagai
pihak yang tidak menyukainya. Pada akhirnya ia mendapat pemberontakan dan
pembangkangan dari penduduk Iraq dan Syam yang menyebarkan isu yang mengatakan
bahwa berdasarkan keputusan dua orang penengah telah ditetapkan bahwa yang
menjadi khalifah seharusnya Muawiyah bukan ‘Ali RA. Akhirnya terjadilah siasat
buruk dari kalangan khawarij yang ingin membunuh ‘Ali RA. Maka terbunuhlah ‘Ali
RA ditangan seorang khawarij bernama ‘Abdurrahman bin Amru yang dikenal dengan
nama Ibnu Maljam di Kufah, Iraq. ‘Ali RA meninggal setelah ditikam di kepalanya
dengan pedang oleh Ibnu Maljam ketika ‘Ali RA tengah menuju Mesjid untuk shalat
subuh. ‘Ali RA wafat pada hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan tahun 40 hijriah.
‘Ali RA memangku jabatan khalifah selama 4 tahun 8 bulan. Beliau memiliki anak
berjumlah 33 orang, 15 laki-laki dan 18 perempuan.
- Thalhah Bin Ubaidillah
Hidup Beliau hanya memiliki 1 tujuan
yakni bermurah dalam pengorbanan jiwa. Thalhah adalah pribadi yang menepati
janji dan selalu jujur dan tak pernah berkhianat. Thalhah merupakan contoh
teladan dari sahabat Rasulullah yang berani mengorbankan jiwa dan raganya.
Seperti saat beliau terkena lebih dari 70 tikaman atau panah dan jari tangannya
putus ketika perang uhud. Perang uhud merupakan perang balasan yang dilakukan
kaum kafir Quraisy yang sebelumnya kalah pada perang badar. Thalhah juga
termasuk orang yang dermawan. Beliau membagi-bagikan seluruh uangnya kepada
fakir miskin dan tidak itu saja beliau juga menyumbangkan seluruh sandang
pangannya kepada kaum muslimin yang saat itu berperang. Thalhah wafat pada usia
60 tahun di dekat padang rumput di Basra saat pertempuran “Aljamal”.
- Azzubair Ibnu Awwam
Azzubair Ibnu Awwam dan Thalhah Bin
Ubaidillah adalah dua serangkai. Mereka masuk islam dan wafat pada tahun yang
sama. Azzubair RA adalah anak bibi Rasulullah SAW sekaligus suami dari Asma
putri dari Abu Bakar RA yang pernah mengantarkan makanan ke gua Tsur untuk
Rasulullah SAW dan Abu Bakar RA. Azzubair RA masuk islam pada usia 15 tahun
sesudah mengalami penganiayaan dan penyiksaan oleh pamannya sendiri. Saat itu
ia digulung kedalam tikar, kakinya digantung diatas sedangkan kepalanya dibawah
dan telah disiapkan api yang membara. Azzubair RA merupakan pejuang islam yang
kuat. Ini dibuktikan kala beliau bertarung dengan Ubaidah Bin Said Ibnul Aash
yang merupakan pimpinan tentara kafir Quraisy. Azzubair RA menancapkan lembing
ke arah dua mata Ubaidah dan akhirnya jatuh tersungkur. Peristiwa itu terjadi
saat peperangan Badar. Azzubair RA merupakan orang yang setia, ikhlas, jujur,
kuat, berani, murah tangan, dermawan, berkarakter tinggi, berakhlak mulia dan
menjual diri dan hartanya kepada Allah SWT. Bahkan hingga wafat beliau
menanggung hutang yang begitu banyak karena semua hartanya diinfakkan untuk
dakwah islam. Azzubair wafat ketika beliau sedang shalat oleh beberapa orang
yang membuntutinya yang menginginkan fitnah dan perang antara pasukan yang
dipimpin Siti ‘Aisyah RA dengan pasukan yang dipimpin ‘Ali Bin Abi Thalib RA
berlanjut.
- Abdurrahman Bin 'Auf
Abdurrahman RA merupakan pedagang
yang ahli di bidang perekonomian dan keuangan. Beliau orang yang dermawan dan
selalu memberikan hartanya kepada dakwah islam dan untuk memajukan islam.
Beliau adalah orang yang sukses dalam berdagang. Beliau mampu dalam mengikuti
petunjuk-petunjuk yang di arahkan oleh Rasulullah SAW dan menghiasi dirinya
dengan adab sopan islami sehingga Allah SWT memberkahinya dengan membimbing
langkah-langkahnya. Abdurrahman RA merupakan pribadi yang berhasil merintis
jalan ke arah hidup mulia dan dan terhormat. Tangan yang berada di atas lebih
baik dari pada tangan yang berada di bawah. Ketika beliau mendekati ajalnya
Abdurrahman RA pun berwasiat untuk memberikan seluruh hartanya kepada setiap
kaum muslimin yang ikut dalam perang badar yang masih hidup dan ummahatul mukminin
(janda-janda Rasulullah SAW). Abdurrahman RA wafat pada usia 75 tahun. Beliau
disholati oleh Utsman RA, diusung oleh Sa’ad Bin Abi Waqqash RA dan dimakamkan
di pemakaman Albaqii.
- Sa'ad Bin Abi Waqqash
Sa’ad Bin Abi Waqqash berasal dari
Qabilah Zuhroh, sama dengan Ibunda Rasulullah SAW, dan Sa’ad RA adalah anak
paman Aminah Ibunda Rasulullah SAW. Sa’ad RA adalah orang yang berbudi luhur,
berakhlak mulia dan teguh imannya. Keteguhan iman Sa’ad RA pernah diuji dengan
marahnya sang ibu ketika ibunya tahu bahwa Sa’ad RA masuk islam dan
meninggalkan agama lamanya yang elah dianut oleh kaum Quraisy saat itu. Ibunya
pun marah dan berang melihat anaknya tersebut dan mengutuk Sa’ad RA dan
berpuasa (mogok makan dan minum) serta bersumpah tidak mau lagi berbicara
dengan Sa’ad. Kemudian oleh keluarganya Sa’ad diminta untuk menjenguk ibunya
dengan harapan akan kembali ke agama lamanya dan meninggalkan islam setelah
melihat keadaan ibunya. Tetapi, Sa’ad malah berkata tidak akan meninggalkan
islam walaupun ibunya memiliki seratus nyawa dan satu demi satu menghilang.
Akhirnya ibunya membatalkan puasanya setelah melihat keteguhan hati anaknya.
Kegemilangan Sa’ad RA adalah saat beliau menjadi ahli strategi dalam perang Al
Qadisiyyah melawan tentara Persia. Beliau memimpin 30.000 lebih tentara. Namun,
karena beliau saat menjelang perang sakit karena menderita kejang-kejang otot
kaki dan bisul-bisul maka beliau digantikan atas perintahnya sendiri, Khalid
Bin Arfathah untuk memimpin perang. Segala perintah yang dilakukan Khalid
adalah berdasarkan perintah Sa’ad RA. Peperangan pun dimenangkan kaum muslimin
berkat taktik dan strategi Sa’ad RA dan saat terjadinya perang mereka pun
mengucapkan “Laa Haula Walaa Quwwata Illaa Billaah”. Sa’ad RA pernah menjabat
sebagai gubernur Al kufah di Iraq selama 2 kali. Tetapi, beliau didera fitnah
yang bertubi-tubi. Akhirnya karena beliau berdoa kepada Allah SWT untuk
dijauhkan dari fitnah maka orang yang menyebarkan fitnah itupun menjadi buta,
menderita dan tersiksa. Beliau wafat dengan dikafankan kain wol yang pernah
beliau kenakan saat perang badar melawan kaum musyrikin.
- Sa’id Bin Zaid
Nama lengkapnya Sa’id Bin Zaid Bin
‘Amru Bin Nufail Bin ‘Abdulluzza Bin Al’adwa. Sa’id RA merupakan ipar dari
khalifah Umar Ibnu Khattab RA. Ibunya Fathimah Binti Ba’jah Bin Malik
Alkhuzaiyyah. Fathimah termasuk orang yang lebih dahulu masuk islam dan anaknya
Sa’id RA pun termasuk gelombang pertama yang masuk islam sebelum Rasulullah SAW
memasuki Daarul Arqam. Ayah beliau Zaid Bin ‘Amru Bin Nufail adalah termasuk
dari 3 orang yang diberikan hidayah oleh Allah SWT tanpa melalui kitab dan nabi
mereka. Selain ayah beliau ada 2 orang lagi yaitu, Abu Dzar Alghiffari dan
Salman Alfarisi. Sa’id RA adalah orang yang pemberani, tidak takut celaan orang
yang suka mencela selama dia di jalan Allah SWT, murah tangan dan dermawan,
kuat menehan diri dari penyimpangan hawa nafsu dan termasuk orang yang
dikabulkan doanya. Beliau termasuk dari orang-orang yang terkabul doanya
(Mujabul dakwah). Hal itu pernah terjadi saat peristiwa seorang wanita bernama
Arwa Binti Aus yang menuduh Sa’id merampas tanahnya dan ia pun melaporkan hal
itu kepada penguasa kota Madinah yaitu Marwan Ibnu Hakam. Sa’id RA pun membela
diri dengan mengucapkan “Apakah patut aku menzaliminya sedang aku pernah
mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menzalimi orang sejengkal tanah maka
Allah SWT akan melilitnya pada hari kiamat dengan tujuh lingkaran bumi.”
Lalu, Sa’id RA pun berdoa kepada Allah dengan
mengucapkan:”Ya Allah, Apabila dia menciptakan kebohongan jangan engkau
mematikannya kecuali sesudah dia buta dan engkau menjadikan sumurnya sebagai
kuburannya.”
Setelah itu, Allah SWT benar-benar mengabulkan doa
Sa’id RA. Wanita yang memang dikenal suka menzalimi orang itu pun menjadi buta
dan ia mati di dalam sumurnya.
- Abu Ubaidah Ibnu Jarrah
Abu Ubaidah Ibnu Jarrah adalah seorang yang setia,
amanah, penyayang dan sangat mencintai Rasulullah SAW. Abu Ubaidah RA pernah
dihadapkan pada ujian yang sangat berat yakni bertempur melawan ayahnya sendiri
ketika perang badar yang pada saat itu ayahnya berada di pihak kaum kafir
Quraisy. Ayahnya saat itu terus memburu dan mengejar anaknya tersebut Abu
Ubaidah RA. Namun, Abu Ubaidah RA mampu menghindar dan mengelak dari serangan
sang ayah. Tetapi, Beliau tidak punya pilihan lain selain berhadapan langsung
dang langsung menghadapi sang ayah karena ayahnya terus mengubernya tanpa
henti. Saat terdesak itulah Abu Ubaidah melawan dan mendesak ayahnya hingga
terbunuh hingga Abu Ubaidah RA merasa terbebani dan berat hati dengan kejadian
tersebut. Walau demikian, beliau tetap tegar menghadapinya demi menegakkan
amanat Allah SWT. Kecintaan beliau kepada Rasulullah SAW juga sangat luar
biasa. Ini dibuktikan saat perang uhud ketika Rasulullah SAW memakai tutup
kepala dari besi terkena panah pada bagian rahang atas wajah Rasulullah SAW.
Wajah Rasulullah SAW pun terus mengucurkan darah. Saat itu berlarilah Abu
Ubaidah RA bagaikan kilat yang menyambar dari arah timur. Seketika itu juga Abu
Ubaidah RA meminta izin kepada Abu Bakar RA untuk mencabut lempengan besi yang
tertancap bersama panah tadi dari wajah Rasulullah SAW. Setelah mendapat izin,
Abu Ubaidah langsung menggunakan kedua gigi depannya untuk mencabut besi tajam
yang menancap kedalam dua sisi rahang Rasulullah SAW. Setelah mencabut besi
itu, Abu Ubaidah RA terjatuh dan kedua gigi atas dan gigi bawahnya tanggal.
Kemudian ia menggigit besi yang kedua dengan kedua gigi atas dan bawahnya yang
masih tersisa, dan ternyata giginyapun tanggal pula. Abu Bakar RA dan Rasulullah
SAW terharu atas kesetiaan dan pengorbanan yang dilakukan oleh Abu Ubaidah RA.
Setelah itu, Abu Ubaidah mendapat gelar “Si Ompong” karena kedua gigi atas dan
bawahnya telah hilang. Abu Ubaidah wafat ketika khalifah Umar RA sedang
disibukkan dengan persoalan-persoalan pemerintahan. Khalifah Umar RA terkejut
dan menundukkan kepalanya hingga air matanya menetes dan kemudian berdoa untuk
Abu Ubaidah RA. Beliau wafat di Negeri Urdun di wilayah Syam dan jenazahnya
dikuburkan di tempat yang pernah dibebaskannya dari cengkeraman kerajaan
penyembah api dan berhala, yaitu Persia dan Romawi.
Sumber:
10 Orang Dijamin Ke Surga (cetakan kedua puluh),
Abdullatif Ahmad ‘Aasyur, 1991, Gema Insani Press, Jakarta